Rumah Adat Khas Nusa Tenggara Timur

Rumah Adat Khas Nusa Tenggara Timur

Tidak ada kamar mandi

Rumah Betawi pada masa dulu tidak memiliki kamar mandi di bangunan utama rumahnya. Kamar mandi rumah Betawi terletak di luar bangunan, tepatnya di bagian belakang rumah. Hal ini disebabkan oleh prinsip orang Betawi yang berpandangan bahwa segala kotoran harus disingkirkan dari bangunan rumah. Di rumah Betawi modern masa kini, bangunan kamar mandi tidak benar-benar terpisah dari bangunan utama, melainkan dibatasi dengan ruang transisi seperti taman.

Pintu dan jendela krepyak

Pintu dan jendela krepyak banyak digunakan pada rumah-rumah Betawi. Jendela krepyak adalah jendela yang terdiri dari rangkaian jalusi yang disusun secara horizontal. Jalusi atau krepyak ini berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara atau cahaya sehingga ketika pintu dan jendela ini ditutup, bagian dalam rumah masih mendapatkan sirkulasi udara dan cahaya yang cukup.

Artikel lainnya:ย Mengenal Jalusi, Solusi Praktis Agar Rumah Selalu Sejuk

Terdiri dari 4 jenis rumah

Rumah Betawi yang sering kita lihat dan tercatat secara resmi adalah rumah kebaya. Namun, ternyata masih ada beberapa jenis rumah lainnya. Empat jenis rumah Betawi di antaranya adalah rumah kebaya, rumah panggung, rumah gudang, dan rumah joglo. Perbedaan jenis ini disebabkan oleh faktor lokasi dan budaya yang ada di sekitarnya. Meskipun terdiri dari 4 jenis, semua jenis rumah Betawi tersebut masih memiliki ciri khas yang berkesinambungan antara satu dengan yang lain.

Sifat orang Betawi yang terbuka pada tamu ditunjukkan dengan teras yang luas di rumah Betawi. Di teras ini juga terdapat meja dan kursi yang berfungsi untuk menjamu tamu-tamu tersebut atau sekadar menjadi tempat bersantai. Konsep terbuka tadi juga diterapkan pada pagar rumah yang berukuran rendah. Keterbukaan ini sangat cocok untuk diterapkan pada rumah Betawi modern.

Rumah Adat Musalaki

Rumah adat Musalaki merupakan rumah adat yang paling sering dijumpai saat berkunjung ke NTT. Nama rumah adat ini merupakan penggabungan dari dua kata yaitu 'mosa' dan 'laki', yang artinya 'ketua' dan 'laki'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apabila digabungkan, kedua kata tersebut menjadi 'ketua adat'. Oleh karena itu, rumah Musalaki adalah rumah yang menjadi tempat tinggal bagi tetua atau kepala suku dalam masyarakat suku Ende Lio.

Rumah adat Musalaki berbentuk persegi empat dengan atap menjulang tinggi, melambangkan kesatuan dengan sang pencipta. Atapnya diyakini menyerupai layar perahu, sesuai dengan cerita masyarakat setempat tentang nenek moyang Suku Ende Lio yang biasa menggunakan perahu.

Di bagian atas atap terdapat dua ornamen simbolis. Yaitu kolo Musalaki (kepala rumah keda) dan kolo ria (kepala rumah besar) yang diyakini memiliki hubungan spiritual.

Selain menjadi rumah adat, rumah ini juga difungsikan sebagai tempat dilakukannya upacara adat, musyawarah adat, ritual tertentu, dan acara adat lainnya.

Rumah Adat Mbaru Niang

Rumah adat di Nusa Tenggara Timur selanjutnya adalah rumah adat Mbaru Niang. Rumah adat ini berasal dari sebuah desa di NTT, yaitu Desa Wae Rebo. Rumah adat Mbaru Niang dibuat dengan desain yang sangat unik dan berbeda dengan rumah adat pada umumnya. Jika rumah adat Musalaki hanya diperuntukkan bagi kepala suku, maka rumah adat Mbaru Niang ini dapat digunakan oleh masyarakat sekitar.

Rumah adat Mbaru Niang memiliki konsep arsitektur yang unik dan menarik karena dibangun dalam bentuk kerucut, sehingga memberikan kesan tenda yang sangat besar. Ketinggian rumah adat ini bisa mencapai sekitar 15 meter.

Baca Juga: 7 Destinasi Wisata di NTT yang Wajib Dikunjungi

Orang lain juga menelusuri :

Unduh AN777 CASINO, AN777 CASINO Terpopuler, AN777 CASINO Terpercaya, AN777 CASINO Terbaik, Alternatif AN777 CASINO, Terbaru AN777 CASINO, Terkenal AN777 CASINO, Metode Bermain AN777 CASINO, AN777 CASINO Panduan Bermain, Petunjuk Bermain AN777 CASINO, Register AN777 CASINO, AN777 CASINO Apk Android, Cheat AN777 CASINO, Cara Menggunakan AN777 CASINO, Akses AN777 CASINO, Instal AN777 CASINO.

Rp.171.000100% TEK SEBAY

Indonesia sangat kaya akan warisan budaya, salah satunya adalah rumah adat. Di Jakarta, rumah adat peninggalan penduduk asli disebut dengan rumah bapang atau rumah Betawi. Ciri khas dari rumah Betawi adalah atapnya yang memiliki bentuk menyerupai pelana yang dilipat. Jika dilihat dari samping, lipatan tersebut terlihat seperti kebaya. Oleh karena itulah rumah Betawi juga kerap disebut rumah kebaya.

Sayangnya, rumah Betawi kini mulai jarang ditemui. Padahal, rumah Betawi memiliki desain khas Nusantara yang otentik dengan nilai filosofi yang sangat dalam. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengenal dan melestarikan rumah Betawi. Siapa tahu, rumah Betawi ini dapat diterapkan pada desain rumah baru Anda nantinya. Kali ini, kami akan mengajak Anda untuk lebih mengenal dan melihat keindahan rumah Betawi. Yuk, menjelajah bersama!

Rumah Adat Ume Kbubu

Rumah adat ini memiliki bentuk yang unik dengan bangunannya yang berbentuk bulat. Rumah ini merupakan tempat tinggal suku Dawan yang berada di Kabupaten Timor. Ume itu sendiri berarti rumah, sedangkan kkubu memiliki arti bulat atau bundar.

Struktur bangunan rumah adat ini terdiri dari atap, tiang, dan dinding. Atap rumah adat Ume Kkubu terdiri dari 9 elemen yang masing-masing memiliki fungsinya. Dinding rumah tersebut terbuat dari bambu dan berfungsi sebagai tempat mengikat alang-alang. Konsep dari rumah ini terbagi menjadi beberapa ruangan seperti tunaf, hala, tnana, dan hau monef. Setiap ruangannya memiliki fungsi masing-masing terkait dengan kegiatan adat yang bersifat religious bagi suku Dawan.

Rumah adat Lopo merupakan tempat yang biasa digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan tempat dimana upacara adat berlangsung. Rumah adat ini memiliki atap berbentuk kerucut yang terbuat dari alang-alang. Selain sebagai tempat bermusyawarah, rumah ini digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian.

Rumah adat Lopo menjadi ciri khas dari suku Abui yang terdapat di Kabupaten Alor. Rumah Lopo suku Abui terbuat dari bambu dan alang-alang. Rumah Lopo suku Abui tidak memiliki dinding, tetapi terdiri dari tiga tingkat. Di setiap tingkatannya memiliki fungsinya masing-masing. Ada yang dijadikan sebagai tempat istirahat, ataupun sebagai tempat menyimpan bahan makanan.

Baca Juga: 3 Pahlawan Nasional yang Berasal dari NTT

Rumah adat Sumba terdiri dari dua jenis: Uma Bokulu dan Uma Mbatangu. Keduanya berada di Kampung adat Praijing, tepatnya Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Sumba, NTT. Rumah dengan atap yang tinggi ini terlihat sangat unik dan eksotis.

Rumah adat Sumba berbentuk segi empat dan ditopang oleh empat buah kolom. Rumah ini tidak memiliki jendela, tetapi memiliki area terpisah untuk pria dan Wanita. Atapnya yang tinggi memiliki makna filosofis di setiap tingkatannya. Bagian atap melambangkan dunia atas yang suci, sedangkan bagian badan rumah adalah dunia tengah. Sedangkan, bagian bawah rumah masuk ke dalam dunia bawah atau dunia kematian.

Rumah adat biasa digunakan sebagai tempat tinggal dan juga tempat upacara adat. Itulah beberapa jenis rumah adat Nusa Tenggara Timur beserta keunikan dan bentuknya masing-masing.

Rumah adat merupakan simbol dan nilai-nilai luhur dari budaya yang ada pada Negeri kita tercinta, Indonesia. Menjaga dan melestarikan budayanya pun sudah menjadi tugas masyarakat Indonesia. Semoga tulisan ini dapat memperkaya wawasan mengenai kekayaan budaya yang ada di Indonesia.

https://www.rumah.com/panduan-properti/rumah-adat-ntt-29694

https://voi.id/berita/42461/rumah-adat-ntt-sejarah-jenis-jenis-dan-fungsinya-yang-penuh-filosofi

Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beragam rumah adat dari beberapa suku. Setiap rumah adat di NTT mencerminkan warisan budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Masing-masing rumah adat ini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, mencerminkan keragaman etnis, dan budaya yang ada di wilayah ini. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan tentang 5 rumah adat NTT yang dilansir dari berbagai sumber.

Rumah Adat Musalaki

Rumah Musalaki adalah rumah adat yang menjadi simbol Nusa Tenggara Timur. Melansir dari id.wikipedia.org, rumah Musalaki merupakan rumah adat yang paling umum dan banyak ditemui di Nusa Tenggara Timur.

Rumah Musalaki berbentuk persegi empat dan memiliki atap yang menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan Sang Pencipta. Bentuk atapnya diyakini menyerupai layar perahu, seperti masyarakat setempat yang membicarakan nenek moyang dari Suku Ende Lio yang terbiasa menggunakan perahu.

Musalaki berasal dari Bahasa Ende Lio (masa = kepala atau kepala dan laki = adat atau suku). Fungsi dari rumah Musalaki adalah sebagai tempat tinggal kepala suku atau kepala adat wilayah Ende Lio. Fungsi lain dari rumah adat ini adalah sebagai tempat berlangsungnya upacara adat, ritual, musyawarah, dan berbagai kegiatan adat lainnya.

Ornamen rumah Betawi gigi balang

Rumah Betawi modern juga memiliki ornamen khas yang terlihat mencolok pada bagian eksterior rumah. Ornamen rumah Betawi tersebut adalah gigi balang yang terletak pada tritisan atap rumah. Selain sebagai hiasan, ornamen rumah Betawi ini juga berfungsi sebagai pelindung di kala hujan agar air hujan tidak masuk ke area rumah.

Rumah Adat Mbaru Niang

Mbaru Niang adalah rumah adat yang terdapat di Kampung Wae Rebo, sebuah kampung adat di Pulau Flores, NTT. Terletak di pegunungan pada ketinggian 1.117 meter di atas permukaan laut, kampung ini dikelilingi oleh pegunungan dan hutan hujan tropis di Kabupaten Manggarai Barat. Tinggi rumah ini mencapai 15 meter.

Nama Mbaru Niang terdiri dari dua kata, 'Mbaru' yang berarti rumah dan 'Niang' yang berarti tinggi dan bulat. Penamaan ini mencerminkan bentuk Mbaru Niang yang kerucut dan meruncing ke atas.

Bentuk ini melambangkan falsafah kehidupan suku Manggarai di Kampung Wae Rebo, di mana keseimbangan terwakili dalam bentuk lingkaran. Selain itu, bentuk kerucut atapnya merupakan simbol perlindungan dan persatuan antar rakyat Wae Rebo.

Mbaru Niang dibangun dalam jumlah tujuh rumah yang disusun melingkar di atas tanah datar. Di tengah lingkaran tersebut terdapat sebuah altar bernama Compang, yang menjadi titik pusat dari ketujuh Mbaru Niang dan merupakan lokasi paling sakral bagi suku Manggarai di Wae Rebo. Altar Compang digunakan untuk menyembah Tuhan dan roh-roh leluhur.

Anda mungkin ingin melihat